Mangrove Dijadikan Kayu Bakar

10:47 PM

sumber : http://www.kompas.com/ - Sabtu, 29 September 2007

Pemerintah Pernah Menjanjikan Biaya Perawatan, Tak Pernah Terealisasi

KENDAL, KOMPAS - Mangrove di tambak-tambak di Desa Kartika Jaya, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, yang digunakan untuk menangkal abrasi, Jumat (28/9), terlihat tidak terawat dan sebagian sudah ditebang. Potongan kayu tersebut ternyata digunakan masyarakat untuk dijadikan kayu bakar.

Beberapa mangrove atau bakau yang berusia antara satu hingga dua tahun terlihat kering dan letaknya mulai tidak teratur. Untuk mangrove yang sudah besar dan berusia di atas empat tahun, ada yang sudah ditebangi sehingga hanya tersisa akarnya atau bahkan ada yang mati. Beberapa potong kayu hasil penebangan tersebut ada yang digeletakkan begitu saja di tepi tambak.

Seorang petambak, Fadholi (35), mengemukakan, mangrove yang sudah besar memang sering ditebang masyarakat sekitar guna dijadikan kayu bakar untuk memasak. Mereka biasanya memilih tanaman yang tidak lagi dirawat oleh pemilik tambak atau sudah mati.
Mangrove yang berada di tambaknya juga sebagian sudah mati. Fadholi mengaku tanaman tersebut memang tidak ia rawat. Satu tahun lalu dia mendapatkan mangrove sebanyak 1.000 bibit dan ditanam di tambak seluas tiga hektar yang sudah empat tahun ia sewa.

"Bagaimana mau merawat mangrove, saya saja hanya mengontrak tambak. Apalagi, dulu pemerintah menjanjikan ada penggantian biaya perawatan Rp 200 per bibit. Sampai sekarang tidak ada," ujarnya.

Tidak dilibatkan

Petambak lainnya, Hendradi (38), mengutarakan, pemotongan mangrove tersebut bukan dilakukan warga Kartika Jaya karena mereka mengetahui pentingnya tanaman tersebut untuk mencegah abrasi atau pengikisan tanah. Apalagi, saat pasang tinggi, air laut bisa menutupi tambak dan bisa memasuki permukiman warga yang letaknya sekitar dua kilometer dari bibir pantai. Air laut menggenangi pekarangan warga yang dekat dengan tambak.

"Kami tidak mungkin mengawasi terus-menerus tanaman itu. Terlebih kami juga tidak dilibatkan saat penanaman mangrove," ujarnya.

Di tempat terpisah, pemerhati mangrove dari Pusat Kajian Pesisir dan Laut Tropis Universitas Diponegoro, Rudhi Pribadi, menuturkan, penanaman mangrove seharusnya sudah melibatkan masyarakat sekitar agar mereka benar-benar mengerti manfaat mangrove tersebut sebagai penghalang abrasi.

Menurut dia, mangrove memang tidak dapat secara instan dalam satu atau dua tahun mengatasi persoalan abrasi, tetapi memerlukan waktu. Untuk itu, perlu ada upaya untuk merawat dan memantau perkembangannya. Hal tersebut hanya memungkinkan terjadi bila masyarakat sekitar berperan aktif. (GAL)

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images