KEADAAN KUALITAS AIR BERSIH DI PERKOTAAN

6:33 PM

Sumber :
| Direktorat Pengembangan Air Minum (Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia) | digilib-ampl.net | DISERTASI dan TESIS Program Pascasarjana UM, 2009. Oleh Noor Hujjatusnaini | Heri Apriyanto-Pusat Pengkajian Teknologi Pengembangan Wilayah Deputi Bidang PKT – BPPT (www.disdikgunungkidul.org) |

Banyak penelitian yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan, Pihak Universitas maupun Swasta terhadap kualitas air bersih dan air minum di berbagai kota di Indonesia. Khusus di Jakarta dan Surabaya adalah 2 kota dengan kualitas air minum dan air bersih terendah dibanding kota kota lain di Indonesia.

Hal ini adalah akibat dari rendahnya kualitas air baku dan tingkat pencemaran yang sedemikian parah di aliran sungai maupun air bawah tanah akibat kepadatan penduduk dan dekatnya jarak sumur bor dan Septic Tank yang kurang dari 10 Meter.

Ironisnya, air dengan tingkat pencemaran yang demikian tinggi bahkan sudah biasa digunakan oleh masyarakat untuk  kebutuhan MCK dan juga air minum. Bagi yang mampu,tentu akan memilih air minum isi ulang ataupun air minum dalam kemasan. Hal yang paling dikhawatirkan adalah jika air bersih atau air minum tersebut berdampak buruk bagi kesehatan karena secara biologis, fisik dan kimiawi terindikasi mengandung bahan pencemar.

Kehadiran bakteri Coliform merupakan indikator biologi adanya kontaminasi sampah atau feses terhadap sumber air. Kontaminasi Coliform dapat menyebabkan penyakit infeksi saluran pencernaan seperti diare dan gangguang pencernaan lain. Indikator kualitas fisik (kekeruhan, warna, rasa dan aroma/bau air) dan indikator kualitas kimia (pH, kesadahan, nilai BOD dan COD) air merupakan indikator kualitas air yang tidak secara langsung berhubungan dengan kesehatan. Kendati demikian, kualitas fisik dan kimia berhubungan dengan penentuan kelayakan air untuk dikonsumsi,

Perlu adanya tindakan nyata dan serius untuk mengatasi permasalahan ini. Masyarakat sebagai komponen yang berperan penting, perlu digugah kesadarannya tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan larangan membuang sampah ataupun limbah industri ke dalam sungai. Khusus pabrik-pabrik besar,sebelum membuang limbah cair ke sungai diwajibkan membuat instalasi Waste Water Treatment Plant (WWTP) untuk menetralkan limbah beracun tersebut.

Melihat besarnya peran dan fungsi air bersih serta untuk mengantisipasi semakin tingginya kebutuhan air khususnya air bersih di Kawasan Perkotaan, maka perencanaan sistem air bersih harus mandapat perhatian yang serius. Karena perencanaan sistem air bersih merupakan salah satu faktor utama dalam pemenuhan kebutuhan air bersih di Kawasan Perkotaan. Pada saat ini dipastikan kinerja pelayanan air bersih di Kawasan Perkotaan masih sangat kurang terutama di kota metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil. Sebagai contoh pelanggan air minum perkotaan di Indonesia baru mampu dilayani sebanyak 50% kebutuhan air bersih penduduk Indonesia (Dirjen Cipta Karya, DPU, 1998). Provinsi DKI Jakarta yang merupakan kota metropolitan, pada tahun 2002 jumlah penduduk yang terlayani air bersih baru sekitar 54% atau 5.132.425 jiwa (PDAM Jakarta).


Disamping Perlunya penanganan pengelolaan air besih untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, yang tidak kalah penting adalah penyelamatan ekosistem sungai dari bahan pencemar berbahaya dan keberlangsungan hidup masyarakat daerah aliran sungai yang menggantungkan hidup dari sungai. Mata rantai pencemaran sungai ini, bila tidak ditangani dengan serius dampaknya sungguh luar biasa. Mulai matinya habitat sungai, terganggunya populasi beberapa jenis burung, matinya bibit ikan dalam kolam-kolam tambak yang berimbas pada menurunnya hasil panen karena gagal panen dan banyaknya warga pinggiran sungai yang terkena dampak dengan timbulnya berbagai penyakit kulit,dsb.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images